Rabu, 28 Maret 2012

KU KASIH UANG atau KUKASIH SAYANG ?




“Coba tolong jelaskan apa gunanya kasih sayang kalau tidak kasih uang?”
Beberapa hari yang lalu saya memuat status tersebut dalam Twitter dan Facebook saya. Jangan tanya apa yang ada di pikiran saya waktu saya membuat kalimat seperti itu, yang jelas pertanyaan itu memang sudah sangat mengganggu pikiran saya dalam waktu yang lumayan lama.
Reaksi yang saya dapat dari status tersebut cukup beragam, mulai dari yang menyetujui, mengatai saya dangkal, bahkan hingga memberikan saya kuliah singkat melalui message FB (terima kasih loh), tapi dari sekian banyak reaksi tersebut hanya ada satu respon yang membuat saya berpikir.
Respon tersebut muncul dari seorang teman blogger saya yang juga masuk dalam friend list saya di Facebook. Beliau mengatakan “mungkin pertanyaan yang harus kamu jawab dulu adalah pentingan kasih sayang atau uang?”
Jadi lebih penting kasih sayang atau uang?
Saya menjawab dua-duanya penting. Ah ya, saya memang manusia yang lemah dalam menentukan prioritas, sehingga saya tidak bisa membuat kesimpulan yang pasti mengenai mana yang lebih penting antara uang dan kasih sayang. Saya juga lemah dalam membuat pilihan sehingga ketika saya diajukan pertanyaan ini, saya lebih memilih untuk bermain aman dan menjawab bahwa keduanya penting.
Tapi bukankah keduanya memang penting?
Kasih sayang itu penting adanya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika saya hidup tanpa kasih sayang. Mungkin saya akan berada di daftar sampah masyarakat atau sudah menjadi pasien rumah sakit jiwa atau bahkan saya sudah meninggalkan dunia ini dari zaman entah kapan, membunuh diri saya karena sudah tidak ada lagi kasih sayang untuk saya.
Tapi apakah kasih sayang cukup untuk membuat seseorang bertahan hidup? Apakah mungkin seseorang dapat bertahan hidup dengan sehat tanpa pernah merasa kelaparan hanya karena makan kasih sayang? Tentu saja tidak. Kalau begitu apa artinya hidup dengan berlimpah kasih sayang jika tidak ada uang?
Maka uang bersifat sama pentingnya. Tanpa uang saya tidak akan bisa bertahan hidup. Semua yang ada di dunia ini dibeli dengan uang. Perut yang lapar harus diberi asupan makanan yang tentu saja dibeli dengan uang. Pikiran yang penat harus diberi hiburan yang tentu saja perlu uang untuk memperolehnya. Ketika sakit, untuk bertahan hidup pun saya harus pergi ke dokter dan mengkonsumsi obat-obatan dan memerlukan uang untuk bisa membeli itu semua.
Tapi apakah hidup dengan berlimpah uang akan terasa lebih indah dan jauh lebih baik jika tidak ada kasih sayang di dalamnya, sekali pun kasih sayang itu muncul dari diri sendiri? Ah, saya ragu akan hal itu.
Maka melihat berdasarkan skala kebutuhan dan fungsi yang diberikan, hingga kini saya masih juga tidak bisa membuat prioritas antara uang dan kasih sayang. Jika diibaratkan dalam bentuk barang, maka jelas sekali bahwa kasih sayang dan uang bukanlah sebuah barang substitusi yang bisa diganti ketika yang satunya lagi tidak ada, kasih sayang dan uang adalah barang komplementer yang harus saling melengkapi satu sama lain.
Ada yang pernah berkata seperti ini :
“Buat gue, uang jauh lebih penting. At least kalau gue punya uang banyak, gue bisa beli segalanya, termasuk kasih sayang.”
Saya tertawa mendengar jawaban teman saya tersebut. Iya juga sih, uang bisa saja membeli kasih sayang, tapi bukankah jika kasih sayang diperoleh dengan cara ‘dibeli’ maka kasih sayang yang didapatkan adalah kasih sayang yang instan dan tidak tulus, kasih sayang yang hanya berlandaskan uang dan bisa hilang seketika karena kasih sayang tersebut menemukan ‘ladang uang’ yang lebih subur?

by:http://bluestockin.wordpress.com/2011/03/16/kasih-sayang-kasih-uang/

Tidak ada komentar: